Slider[Style1]

binjai smart city

Style2

lsm peka

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Suasana di Pasar Gambir
MebidangNews, TEMBUNG - JAM 17.00 WIB
Ternyata, bandara internasional yang ada di Kabupaten Deliserdang tak sedikit pun berdampak signifikan terhadap penataan kota. Pemkab yang menjadi tuan rumah, seakan tak peduli. Pasalnya, sejumlah ruas jalan menuju bandara kebanggaan masyarakat Sumut tersebut, masih banyak dijejali pedagang kaki lima. Duh!

Seperti yang terlihat di Pasar (Pajak) Gambir. Pasar Tradisional yang terletak di Pasar 8 Tembung, tampak sangat sembraut. Sejumlah pedagang kaki lima seakan menguasai lalulintas pinggir jalan. Alhasil, jalanan menjadi macet.

Anehnya, Dinas Pasar dan dinas terkait lainnya terkesan melakukan pembiaran. Padahal, jalanan yang menjadi sumber kemacetan itu merupakan jalan alternatif menuju Bandara Datuk Kualanamu. Jadi bisa dibilang, Pemkab dengan Bupati barunya telah mencoreng wajah Sumatera Utara.

Tak hanya itu, dari penelusuran wartawan koran ini, ‘lemah’-nya dinas terkait melakukan penertiban disinyalir karena telah menerima ‘uang rokok’ dari pedagang. Tak tanggung-tanggung, satu pedagang disinyalir harus membayar Rp 2,5 juta-Rp 3 juta. Belum lagi setiap harinya, para pedagang dikutip uang kebersihan. Setidaknya itu yang disampaikan masyarakat sekitar.

“Semua udah bermain itu, bang! Bahkan, dagangan pinggir jalan itu telah menjadi proyek oknum-oknum dinas terkait. Kalau tidak, mana mungkin para pedagang itu bisa berjualan tanpa digusur. Satu pedagang kabarnya dikutip 2,5 juta-3 juta rupiah pertahun,” ungkap Lina, warga yang sedang berbelanja di Pasar Gambir, kemarin (19/7) sekira jam 17.00 WIB.

Tak hanya masalah pedagang kaki lima, penyebab kemacetan juga akibat akses jalan yang terlalu sempit, hanya berukuran 8 meter. Jalan yang hanya bisa dilalui 2 arus kendaraan itu, makin dipersempit dengan banyaknya pedagang kaki lima di kiri kanan jalan.

Kemacetan ini terjadi setiap harinya. Apalagi bila ada truk yang melintas dan berselisih dengan kendaraan umum yang berhenti. Kemacetan pun terjadi dan bertahan hingga lama. Sementara petugas lalulintas, baik polisi dan Dishub, seakan menghilang.

Belum lagi parit yang telah ditutup para pedagang dengan papan, bahkan ada yang nekat menyemennya. Jelas berdampak dengan penumpukan sampah di parit hingga menimbulkan banjir dan bau busuk jika turun hujan.

Dikatakan Lina, seharusnya kesembrautan bisa diatasi bila Pemkab bisa bersikap tegas. Para pedagang yang berada di pinggir jalan harus diarahkan berjualan ke Pasar 7 yang telah dibangun dengan menghabiskan APBD hingga miliaran rupiah.

“Aneh juga kita melihatnya. Pasar yang telah dibangun di Pasar 7 ditelantarkan begitu saja. Padahal, anggarannya mencapai miliaran rupiah. Dan anehnya lagi, kios-kiosnya malah sudah disita Bank Sumut,” ungkapnya penuh tanya. *Metro24Jam

binjai smart city

About Mebidangnews.com

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

Tinggalkan Komentar Anda

comments

Top